Pengikut

Selasa, 24 Agustus 2010

1 Samuel 8:20-22

Berawal dari permintaan bangsa Israel yang menginginkan seorang raja yang memerintah atas diri mereka agar mereka sama seperti bangsa-bangsa yang lainnya. Permintaan mereka ini menunjukkan rasa “ketidak puasan” (Ulangan 17:14-15; 28:36). Allah mengangap permintaan mereka sebagai penolakan terhadap diriNya sebagai Raja Israel (ay.7) dan sebagai petunjuk dari keinginan mereka untuk mengurangi peranan mereka selaku umat khusus Allah.
(1) Mereka memohon seorang raja manusia “sama seperti segala bangsa-bangsa lain; raja kami akan menghakimi kami dan memimpin kami dalam perang” (ay.20). mereka keliru ketika berpendapat bahwa penyebab segala persoalan dan kekalahan mereka ialah pemerintahan yang kurang memadai, padahal sebenarnya dosa mereka yang menyebabkannya.
(2) Sekalipun Allah tidak senang dengan permintaan bangsa Israel karena motivasi mereka meminta itu salah di hadapan Tuhan, namun Allah mengabulkan permintaan mereka. Adapun maksud Allah mengabulkan permintaan mereka yaitu Allah ingin menuntun umatNya, kendatipun pemerintahan yang cacat (12:14-15,19-25). Hal ini menunjukkan kasih dan kesabaran Allah terhadap kelemahan manusia. Dengan kata lain, peristiwa ini (ay.22) merupakan contoh sejarah yang berjalan dan terjadi sesuai dengan kehendak manusia, bukan kehendak Allah.
Definisi KEHENDAK Allah:
1. Di Beberapa nats “KEHENDAK Allah” adalah cara lain untuk mengatakan “Taurat Allah”. Maksudnya melalui hukumNya, Allah mengarahkan kita kepada jalan yang dikehendakinya, karena “hukum Taurat” pada hakekatnya adalah “perintah “ dan mencakup seluruh firman Allah.
2. “Kehendak Allah” juga dipakai untuk menyebutkan segala sesuatu yang diinginkan Allah secara jelas, kehendak ini dapat disebut “Kehendak Allah yang sempurna”. Misalnya kehendak Allah yang dinyatakan bahwa semua orang selamat (1 Tim.2:4; 2 Petrs. 3:9).
3. “Kehendak Allah” dapat mengacu kepada apa yang diijinkan atau dibiarkan terjadi oleh Allah, sekalipun hal itu tidak secara khusus diinginkan terjadi; kehendak ini boleh disebut “Kehendak Allah yang mengijinkan”. Memang banyak yang terjadi di dunia ini bertentangan dengan kehendak Allah yang sempurna (mis. Dosa, nafsu, kekerasan, dlsbg), namun DIA mengijinkan hal itu terjadi untuk sementara waktu untuk menguji iman dari orang-orang yang diselamatkanNya (bd. Ayub).
Tindakan orang yang percaya atas kehendak Tuhan:
1. Kita harus mengabdikan diri untuk melakukan “Kehendak Allah yang sempurna”
2. Orang yang percaya dan diselamatkan terpanggil untuk berdoa agar kehendak Allah yang sempurna terjadi (bd. Mat.6:10; 26:42; luk.11:2; Rom.15:30-32; Jak.4:13-15).
3. “Kehendak Allah yang sempurna” tidak boleh dipakai orang manusia sebagai dalih untuk menjadi pasif atau tidak bertanggungjawab dalam kaitan dengan panggilanNya untuk melawan “kesuaman rohani”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar